Cerpen : Buku Hitam
Karya Mendung Asa Matanya bergerak panik seiring dengan langkahnya yang tergesa-gesa. Keringatnya bercucuran, napasnya terengah-engah. Sedikit lagi saja dengan sekali lompatan ia akan berhasil melewati gerbang maut itu. Tidak peduli dengan tatapan sekitarnya, tidak peduli dengan burung kecil yang bersiul-siul dengan merdu, ia terus berlari berharap guru masih memperbolehkannya masuk kelas. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tak berpihak padanya. Sesuatu menyandung kakinya, tubuhnya terhempas, terjatuh, bahkan terpental. Buku yang dipegangnya lolos dari tangannya. Meluncur beberapa meter di depannya. Sial, satu umpatan lolos dari mulut manisnya. Dengan keadaan kaki dan siku yang tergores bahkan nyaris luka, ia berdiri mengumpulkan bukunya dengan gerakan kilat. Tidak peduli lagi dengan rasa malu karena di pikirannya hanya satu, masuk kelas dan belajar. “SAYA TELAT!” teriaknya tanpa sadar. Semua orang menatapnya dengan tatapan aneh. Sadar dengan apa yang ia lakukan, ia segera menutup mu...